Dear,
Pak Presiden kami yang terhormat
Di mana pun bapak berada
Pak Presiden kami yang terhormat
Di mana pun bapak berada
Salam resah dan gelisa, dari saya yang hari ini lagi resah dan gelisah melihat, sejumlah cobaan yang datang silih berganti dimasa bulan madu pemerintahan bapak. Jika pasangan muda yang baru menikah mengidentikkan bulan madu, dengan sesuatu yang indah-indah adanya. Maka di bulan madu pemerintahan bapak rasanya tak demikian adanya. Karena sejumlah bencana datang silih berganti, seraya ingin mengirim kabar dan salam penyambutan untuk bulan madu pemerintahan bapak, sekaligus gelaran konduri kebangsaan sebagai Presiden ke 7 di Republik ini.
Di awal pemerintahan bapak harus dihantam badai tsunami antara menaikan harga BBM atau tidak, meskipun pada akhirnya itu pun juga bapak naikan, sehingga orang tidak berteriak lagi dengan salam dua jari tapi salam 2 ribu. Belum usai masalah gejolak tentang naiknya harga BBM, bulan madu pemerintahan bapak harus di goyang lagi dengan bencana tanah longsor di Banjarnegara Jawa Tengah. Daerah salah satu rekan bapak, dimana beliau memimpin, pak Ganjar Pranowo. Ratusan jiwa rakyat bapak harus melayang, tangis, pecah dimana2, tak hanya di lakukan oleh para keluarga korban, tapi juga mereka yang berempati atas bencana tersebut. Tapi meskipun ada tangis, saya masih berbangga bercampur haru karena bapak di tengah kesibukan bulam madunya sebagai presiden di republik ini, masih menyempatkan untuk hadir, berbaur dan menyaksikan sendiri tragedi kemanusian yang telah menelan ratusan jiwa, dan meniadakan harta beda para korban.
Kebanggaan dan keharuan lain yang saya rasakan adalah dari ragedi tersebut adalah hadirnya ribuan tangan untuk turun membantu, ribuan tangan menengadah ke atas untuk memanjatkan doa bagi para korban, ribuan tangan hadir untuk menghibur para korban dan ribuan tangan hadir untuk menghilangkan trauma para korban. Tidak pejabat, tidak masyarakat, tidak TNI/POLRI, tidak sipil, tidak relawan tidak pedagang, tidak ustadz, tidak pendeta/pastur, tidak kaum muslimin, tidak kaum hindu, tidak kaum budha, semua turun untuk membantu dan mendoakan, sebuah pemandangan yang sangat laur biasa, sebuah pertanda, bahwa pancasila masih tegak di negara ini, di tengah adanya keraguan akan pancasila sebagai idiologi di negara RI.
Sayang, belum usai bencana di Banjarnegara, bencana lain pun datang, ribuan warga. Jawa barat harus mngungsi karena Bencana Banjir merendam rumah mereka, akibatnya ekonomi warga harus sejenak di pause, anak sekolah harus libur, para pekerja pun tidak bisa bekerja, lagi2 ribuan tangan turun membantu, dari semua unsur lapisan masyarakat. Dan bapak pun juga hadir di situ.
Lagi dan lagi, belum duka dan luka itu usai dan sembuh, kembali bulan madu pemerintahan bapak harus terganggu, sayang gangguan itu, bukan gangguan yang baik bagi bulan madunya bapak. Tersiar kabar di media bahwa Pesawat AIR ASIA QZ8501 hilang kontak, dan jatuh di sekitaran laut Selat Karimata, ratusan nyawa pun rakyat bapak dan rakyat negara tetangga bapak harus hilang. Lagi2 kembali bangsa ini di landa bencana, yang sepertinya tak kunjung usai.
Sebagai imbasnya ribuan air mata harus menetes, tanpa dipaksa untuk keluar. Syukurnya ribuan tangan juga tetap tak lelah untuk terus berupaya membantu, tak hanya dari dalam negeri tapi beberapa negara tetangga dan sahabat pun ikut membantu. Itu menjukan bahwa masyarakat dunia tidak hanya diam atas apa yang bagsa ini alami, mereka pun ikut membantu, meringankan beban, memberi kepastian bagi para kleuarga korban yang di tinggalkan.
Dan sebuah harapan tercetus bahwa mudah-mudahan itu tak akan terjadi lagi, di masa bulan madu dan perjalanan pemerintahan bapak lima tahun yang akan datang.
Namun sampai saat ini di dalam hati saya, banyak tanya dan rasanya butuh jawaban dari bapak selaku pimpinan negara, selaku bapak dari kami anak-anak mu. Pertanyaan pertama saya, kenapa sih ko dalam mengambil keputusan tampak tergesah-gesah sehingga terkesan tak terencana? Seperti terkait kebijakan untuk menaikan harga BBM, apa kah itu sudah terencana dengan baik? Jika memang terencana secara baik, mengapa, setelah naik di turunkan lagi, apakah penurunan itu bagian dari perencanaan yang telah di susun sebelumnya? kini ada kabar di media akan di turunkan lagi, apakah itu benar ?juga sudah masuk dalam perencanaan sebelumnya? Lalu setelah itu apa lagi pak, apakah bakal turun lagi ataui akan naik lagi? Lalu kapan rakyat macam kami ini, merasakan stabilitas kepemimpinan bapak? Saat ini, mesti bapak telah menurunkan harga BBM, tapi harga barang di pasar, biaya angkot nggak turun pak, bahan sembako apalagi pak, cabe tetap mahal, semuanya mahal pak.
Andai itu sudah di terencana dengan baik, mengapa ada kesan bahwa pemerintah tidak konsisten? Saya percaya bapak orang baik, pekerja keras, ingin membaktikan diri bagi bangsa ini, tapi tolong pak, stabilitas dan kepemimpinan bapak yang rakyat mau.
Masih banyak pak presiden yang saya ingin tanyakan tapi cukup itu saja dulu yang ingin saya tanyakan di dalam surat ini, pertanyaan lain, akan saya tanyakan di lembaran-lembaran bait surat yang selanjutnya, semoga bapak menyempatkan diri untuk membaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam surat saya ini. Tak harus di balas lewat surat juga pak presiden tapi cukup dengan bukti kerja bapak untuk kami rakyat mu, bangsa dan negara ini, karena saya cukup paham kesibukan bapak sebagai orang nomor 1 di negeri ini.
Semoga bapak senantiasa di limpahkan kesehatan yang baik dan mendapat rahmat dari ALLAH SWT, dalam pikir dan aktivitas bapak.
Yogyakarta, 13 Januari 2015
Salam,
Salam,
Marthain Buton

Komentar
Posting Komentar