Langsung ke konten utama

MEWUJUDKAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BERBASIS KINERJA


A.      Pendahuluan
Terjadinya kemiskinan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pemerintahan, masih menjadi persoalan mendasar yang harus dihadapi oleh birokrasi di negara kita. Saat dimana nurani rakyat menuntut untuk adanya Jaminan SDM yang berkualitas secara lahir maupun batin, aparatur yang memiliki jiwa kepemimpinan dan budi pekerti yang luhur serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai abdi Negara.

Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian, yang telah di ubah dengan undang-undang nomor 43 tahun 1999. Dalam undang-undang tersebut di sebutkan bahwa menejemen peerintahan di arahkan untuk menjadmin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara berdaya dan berhasil guna, dengan indicator penilaian adalah sistem pretasi kerja dan sistem karier yang lebih di titip beratkan kepada prestasi kerja.

Dua point tersebut yang harus terus menerus dilakukan dan di support guna tetap pada orientasi prestasi ataupun kinerja apartur guna mendukung terwujudnya sistem menejemen SDM pemerintahan yang berbasis kinerja.

B.      Manajemen Kepegawaian Berbasis Kinerja
Dalam memenej kinerja pemarintah, ada sebuah harapan besar bahwa kinerja yang ditunjukan akan semakin baik setiap saatnya, dan itu dibutuhkan tenaga kepegawaian yang professional dan memiliki prestasi kerja, guna terwujudnya menejemen kepegawaian yang berbasis kinerja. Sebagaimana yang diteorikan oleh salah seorang pakar yang bernama Mark G. Popovich.Beliau mengemukakan 8 karakteristik yang menunjukan sebuah organisasi bekinerja tinggi atau tidak, antara lain :
1.      Mempunyai Misi yang jelas.
Adanya misi yang jelas dalam organisasi, menjadi cara yang efekti untuk memastikan semua individu dalam organisasi dapat memahami tujuan organisasi dengan baik. Misi tidak mengandung sebuah ketidak jelasan, sehingga mengaburkan orientasi kerja individu dalam organisasi.

2.      Menetapkan hasil yang akan dicapai dan focus pada pencapaian keberhasilan tersebut
Setelah adanya kejelasan dari misi organisasi, maka tahapan selanjutnya adalah perumusanan taget yang akan dicapai oleh organisasi dari misi yang telah di tentukan,, sehingga ada sebuah ukuran yang jelas tentang standar pencapaian kinerja, guna mengetahui apakah hasil yang telah ditetapkan, sudah tercapai atau belum.

3.      Memberdayakan para pegawainya.
Untuk mendaorong para pegawai agar berkinerja tinggi, maka dibutuhkan pemimpin yang mampu bertanggung jawab dan memainkan peran penting dalam menciptakan atmosfir lingkungan kinerja. Para bawahan harus mampu untuk diberdayakan, mendorong mereka agar berketerampilan, dan berkreativitas dalam menghadapi perubaha-peraubahan yang kapan dan dimana saja dapat terjadi, sehingga tujuan organisasi tetap menjadi focus utama kerja.

4.      Memotivasi individu-individu dalam organisasi untuk meraih sukses
Motivasi kerja dari individu-individu-indu yang ada dalam organisasi penting sekali untuk dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya, maupun sesama indvidu yang berada dalam oragnisasi dengan melakukn proses evaluasi terhadap tugas-tugas yang diembannya dalam organisasi, sehingga mereka tidak mengalami proses disorientasi kerja, Akan tetapi bisa melakukan sebaliknya, yaitu menghasilkan kinerja-kinerja produktif, ataupun trobosan-torbosan baru guna mencapai kesuksesan organisasi dan juga sekaligus kesuksesan pribadi.

5.      Bersifat flexible dan selalu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru
Kunci kesuksesan dari kemajuan organisasi modern ialah organisasi tersebut tidak dibuat kaku akan tetapi sebaliknya bersifat flexible. Tujuannya sederhana, agar mereka yang tergabung di dalam organisasi tersebut dapat bekerja dengan lebih mudah dan leluasa dalam menjalankan fungsi dan aktivitas mereka masing masing.

Kosekuensi logis yang dapat diterima organisasi flexible adalah dapat dengan mudah melakukan penyesuaian pada setiap perubahan-perubahan yang terjadi, dan anggota diberikan ruang yang luas untuk berkreativitas, berinisiatif, inovatif dan berani mengambil resiko dari tupoksi yang disembatkan kepadanya. Tujuan lain yang bida didapatkan dari penerapan organisasi flexible ini adalah para pegawai dapat di promosikan dalam suatu posisi/jababatan berdasarkan kinerjanya secara obyektif serta pimpinan organisasi mulai dari pimpinan puncak sampai bawahan seluruhnya akan sangat peduli terhadap peningkatan pengetahuan dan perbaikan kinerja secara terus menerus.

6.      Selalu berkompetisi meningkatkan kinerja
Di era globalisasi seperti saat ini, organisasi pemerintahan hidup dalam alam kompetisi, agar hanya tidak terjadi pada level pimpinan, maka perlu diteruskan pada bawahan, sehingga terjadi kompetisi sesama antara pimpinan organisasi dengan bawahan dalam rangka mengelola organisasi pemerintahan  pada era globalisasi. Karena dengan adanya kompetisi tersebut, akan dicapai efisiensi, inovasi  yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan kebanggaan semangat dan moral pegawai pemerintah.

7.      Selalu menyempurnakan prosedur kerja demi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau masyarakat
Perubahan selalu terjadi, begitu pula dengan kebutuhan manusia (baca:masyarakat), setiap waktu selalu mengalami fase perubahan. Perubahan fase ini berimplikasi pada tuntutan untuk melakukan proses penyesuaian atas perubahan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan ide-ide baru, atau berkreasi daripada harus melaksanakan berbagai kegiatan dengan berpegang teguh pada peraturan-peraturan atau petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang ketat.

8.      Selalu berkomunikasi dengan steakholders (pihak terkait dengan kinerja organisasi)
Komunikasi menjadi faktor yang sangat penting  dalam pengelolaan SDM berbasis kinerja, karena dengan terbangunnya komunikasi yang baik antar lini, akan lebih memberikan sebuah kepastian, guna pelaksanaan organisasi yang baik. Hal ini lah yang seharusny terus dilakukan guna memproduksi SDM yang berkualitas dalam mengelola organisasi , baik pemerintahan maupun swasta.

 refensi :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pertanggung Jawaban Wisuda Unikarta Tanggal 18 Desember 2013

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN WISUDA SARJANA   DAN DIPLOMA UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA 18 DESEMBER 2013   Oleh : PANITIA PELAKSANA WISUDA SARJANA DAN DIPLOMA (D3) UNIVERSITAS   KUTAI KARTANEGARA   UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA TENGGARONG 2013   Wisuda sarjana dan diploma di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) merupakan kegiatan rutinitas pada setiap tahun akademik yang sedang berjalan jika memenuhi persyaratan-persyaratan pelaksanaan wisuda.   Wisuda sarjana dan diploma merupakan bagian dari kegiatan rapat senat akademik yang dilaksanakan secara terbuka, yang intinya merupakan proses pelantikan kelulusan mahasiswa yang telah selesai menempuh studi   di Unikarta. Acara wisuda sarjana dan diploma ini merupakan salah satu acara yang sangat penting ...

WISATA SEKSUAL PEKERJA TAMBANG DI LOKALISASI KAWASAN TAMBANG

WISATA SEKSUAL PEKERJA TAMBANG   DI LOKALISASI KAWASAN TAMBANG   Martain Abstract Kemunculan praktek prostitusi di kawasan tambang tentu saja bukanlah hal baru, praktek ini sudah berlangsung lama, hal ini tidak terlepas dari  kebutuhan dasariah  manusia terhadap seks . Di Indonesia  praktek ini sudah berlangsung sejak zaman kerajaan di Nusantara. Kemudian berlanjut pada zaman kolonial hingga saat ini. Praktek ini di masyarakat terjadi pro dan kontra. Bagi mereka yang pro akan menilai bahwa praktek ini baik, karena praktek ini dapat menjadi alternatif pilihan ketika libido seksual muncul. Namun bagi yang kontra menilai bahwa aktvitas penuh desah dan keringat ini, bertentangan dengan nilai moral dan agama yang berlaku di dalam masyarakat. Selain itu praktek prostitusi ini rentan pula terhadap terjadinya penyebaran penyakit kelamin, HIV/AIDS. Dalam praktek nya kegiatan ini, bisa berjalan secara mandiri  ataupun secara terorganisir. Fakt...

Peran Pemerintah dan Bisnis dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja Para Pekerja

Oleh Martain Pendahuluan Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena banyak faktor beberapa diantaranya adalah berasal dari pekerja itu sendiri dan lingkungan kerjanya di perusahaan. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja, di tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi kasus kecelakaan kerja ( K3 masih dianggap remeh , Warta Ekonomi 2 Juni 2006). BPJS mencatat bahwa sepanjang tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan...